Selasa, 28 Februari 2012

danau toba

Danau Toba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemandangan Danau Toba.
Pemandangan Danau Toba.
Danau Toba dengan Pulau Samosir di bagian tengahnya.
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Sejarah

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.

curug ci lember

Beranda Wisata Tempat Wisata Curug Cilember
Curug Cilember
Terdapat 7 buah air terjun atau curug yang bisa Anda kunjungi di kawasan ini
Curug Cilember
Jumat, 27 Maret 2009
Topik: Wisata
 
Cilember adalah sebuah desa yang terdapat di Cisarua, Puncak, Jawa Barat. Salah satu tujuan wisata yang terkenal di daerah ini adalah Wana Wisata Curug Cilember. Curug adalah bahasa Sunda dari air terjun. Di Curug Cilember, Anda akan menghadapi tantangan untuk bisa mengunjungi tujuh buah air terjun yang ada di kawasan ini dengan medan yang semakin sulit. Di mulai dari air terjun ke tujuh yang mudah dicapai, hingga curug ke satu yang terletak di paling atas. Dengan hanya menempuh waktu kurang lebih 1,5 - 2 jam dari kota Jakarta, Curug Cilember dapat menjadi pilihan wisata bagi Anda yang ingin berekreasi bersama keluarga di akhir pekan.
Bagikan di:
Baca Kumpulan Info versi mobile di mana saja: m.kumpulan.info
<p>Your browser does not support iframes.</p>

Curug Cilember

Dari gerbang tol Ciawi, Anda terus menuju arah Puncak. Di daerah Cisarua, Anda dapat berbelok ke kiri untuk menuju Curug Cilember dan juga Taman Matahari. Setelah melewati Taman Matahari, Anda akan melewati vila dan rumah penduduk sepanjang jalan. Setelah itu Anda dapat tiba di gerbang Curug Cilember. Jalan untuk menuju tempat ini sudah beraspal, tetapi juga berliku dan sempit, sehingga bila ada 2 mobil, Anda harus berhati-hati.
Untuk dapat masuk ke tempat wisata ini, Anda diharuskan membeli tiket masuk dengan harga Rp 6.000,- . Bila membawa kendaraan, tiket tambahan yang harus dibeli adalah Rp 8.000,- untuk mobil atau Rp 4.000,- untuk motor.
Dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, suasana hijau dan sejuk langsung menyambut Anda di tempat wisata ini. Tidak perlu kuatir, karena pihak pengelola sudah menyediakan petunjuk jalan yang akan membantu Anda. Tempat favorit banyak pengunjung adalah mengunjungi air terjun atau curug walaupun ada fasilitas lain yang disediakan pengelola. Ada banyak pedagang saat akan menuju curug ke tujuh, mulai dari penjual jagung bakar, mie instant rebus, sate kelinci atau pedagang souvenir. Bagi Anda yang merasa lapar, Anda dapat singgah ke tempat ini.

situ patengahan

Situ Patengan

Hamparan hijau kebun teh Rancabali yang menyegarkan mata, mengantarkan kita ke sebuah danau cantik yang airnya tenang yang kita kenal dengan nama Situ Patengan..Keindahan alam yang diberikan oleh Situ Patengan ini akan membuat kita terkagum-kagum akan kebesaran Sang Maha Kuasa. Tidak mengherankan, kalau danau (situ) ini tidak pernah sepi dari pengunjung yang datang dari berbagai kota. Mungkin karena tempat ini memang menawarkan pesona alam yang luar biasa.
Dari kejauhan selama anda menusuri jalanan yang dikelilingi kebun teh ini, danau Situ Patengan sangat kelihatan cantik, apalagi ketika anda menikmatinya langsung dari dekat rasanya stress dan penat akan sirna seketika karena damai dan segarnya atmosfir Situ Patengan ini.
Tak hanya menawarka pesona alam, Situ Patengan ini juga menawarkan sebuah tempat yang historisnya cukup dikenal. Pulau Asmara dan Batu Cinta. Biasanya wisatawan yang datang kesana akan menyempatkan diri untuk mengunjungi lokasi ini. Untuk sampai ke batu cinta kita memang harus naik perahu yang bisa kita sewa di tempat. Konon menurut ceritanya, siapapun yang singgah ke Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara maka akan mendapatkan cinta yang abadi, atau jika pengunjung yang datang bersama pasangannya, maka hubungan mereka akan langgeng.. heheheee..
Sepulang dari Danau ini tentunya anda ingin membawa oleh-oleh untuk kerabat maupun untuk anda sendiri. Jangan kuatir, disekitar danau ini banyak toko-toko kecil yang menawarkan souvenir dan buah-buahan segar yang bisa anda bawa pulang.
Kawasan Situ Patengan ini berjarak sekitar 47 kilometer arah selatan dari pusat kota Bandung. Untuk tiba ke tempat ini anda dapat melalui kota Ciwidey terlebih dahulu, gerbang utama menuju kawasan wisata Bandung Selatan. Sebelum sampai ketempat ini, anda akan melewati banyak tempat wisata seperti kawah putih, kolam renang ciwalini, perkemahan rancaupas, dan hamparan luas kebun teh Rancabali. Jika anda masih punya waktu sisa, mungkin anda bisa menyempatkan diri singgah di lokasi-lokasi wisata ini. [bn/bdgyes/situpatengan]

situ patenggang

Beranda Wisata Tempat Wisata Situ Patenggang, Danau dengan Batu Cinta
Situ Patenggang, Danau dengan Batu Cinta
Situ Patenggang menawarkan pemandangan danau di alam pegunungan yang indah.
Situ Patenggang
Selasa, 31 Mei 2011
Topik: Wisata
 
Situ Patenggang (atau sering juga disebut Situ Patengan) merupakan sebuah danau cantik yang terletak di daerah Ciwidey, Jawa Barat. Anda dapat merasakan ketenangan melihat danau ini dan merasakan sejuknya udara pegunungan yang berhembus. Ditambah lagi letaknya yang tidak jauh dari obyek wisata yang sudah terkenal yaitu Kawah Putih. Jadi dengan mengunjungi satu lokasi, Anda dapat menikmati dua tempat wisata menarik sekaligus yaitu Kawah Putih dan Situ Patenggang.
Bagikan di:
Baca Kumpulan Info versi mobile di mana saja: m.kumpulan.info
<p>Your browser does not support iframes.</p>

Situ Patenggang

Danau Patenggang atau juga dikenal dengan nama Situ Patenggang (situ berarti danau dalam Bahasa Sunda) berada di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1600 meter dari permukaan laut dan berada di kaki Gunung Patuha. Karena posisinya yang tinggi, Anda akan merasakan udara yang dingin dan segar saat mengunjungi danau ini.
Lokasinya sekitar 2 jam perjalanan dari kota Bandung, Jawa Barat. Tepatnya di bagian selatan kota Bandung di Ciwidey. Untuk mengunjungi tempat ini, Anda bisa keluar dari pintu tol Kopo atau Buah Batu lalu menuju ke arah selatan Bandung. Beberapa petunjuk jalan menuju Ciwidey atau Kawah Putih bisa Anda ikuti untuk menuju tempat ini.
Dalam perjalanan menuju Situ Patenggang, nuansa hijau alami akan menjadi pemandangan yang menyejukkan mata. Pohon-pohon rindang dan hamparan kebun teh dengan daunnya yang rapat membuat warna hijau menjadi semakin dominan.di sepanjang jalan menuju danau. Jalanan berkelok harus dilalui untuk mencapai tujuan, tetapi akan terasa menyegarkan karena nuansa pegunungan yang hijau dan udara bersih khas pegunungan akan menyertai perjalanan Anda. Selain itu, perkebunan strawberry yang ada di sepanjang perjalanan dapat pula menambah daya tarik daerah wisata ini.

Berkeliling Situ Patenggang

Sesampainya di Situ Patenggang yang berada di balik hamparan kebun teh, danau luas dan berair tenang akan menyambut Anda. Pegunungan menjulang mengelilingi Situ Patengan.
Di tepi danau, perahu-perahu dengan warna-warna yang terang siap mengantarkan Anda dan keluarga menjelajahi lebih jauh danau ini. Tawar-menawar untuk menyewa perahu biasa dilakukan pengunjung agar mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal.
Jika Anda tidak mau terlalu jauh dari tepi pantai, menggowes sepeda air cukup menarik untuk dicoba. Atau Anda dapat sekedar duduk-duduk menikmati ketenangan air danau di tempat-tempat yang telah disediakan.
Jika Anda menyewa perahu, Anda dapat mengunjungi sebuah pulau yang ada di tengah danau ini. Pulau yang tidak terlalu besar ini ditumbuhi pohon-pohon dengan daun yang rindang, jadi Anda dapat beristirahat atau tidur sejenak di pulau yang tenang ini.

kawah putih

Sejarah Kawah Putih

Pada jaman dahulu..
Gunung Patuha konon berasal dari nama Pak Tua atau ”Patua”. Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan Gunung Sepuh. Dahulu masyarakat setempat menganggap kawasan Gunung Patuha dan Kawah Putih ini sebagai daerah yang angker, tidak seorang pun yang berani menjamah atau menuju ke sana. Konon karena angkernya, burung pun yang terbang melintas di atas kawah akan mati.
Misteri keindahan danau Kawah Putih baru terungkap pada tahun 1837 oleh seorang peneliti botanis Belanda kelahiran Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) yang melakukan penelitian di kawasan ini. Sebagai seorang ilmuwan, Junghuhn tidak mempercayai begitu saja cerita masyarakat setempat. Saat ia melakukan perjalanan penelitiannya menembus hutan belantara Gunung Patuha, akhirnya ia menemukan sebuah danau kawah yang indah.
Sebagaimana halnya sebuah kawah gunung, dari dalam danau keluar semburan aliran lava belerang beserta gas dan baunya yang menusuk hidung. Dari hal tersebut terungkap bahwa kandungan belerang yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan burung enggan untuk terbang melintas di atas permukaan danau Kawah Putih.
Karena kandungan belerang di danau kawah tersebut sangat tinggi, pada zaman pemerintahan Belanda sempat dibangun pabrik belerang dengan nama Zwavel Ontgining ‘Kawah Putih’. Kemudian pada zaman Jepang, usaha tersebut dilanjutkan dengan nama Kawah Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey yang langsung berada di bawah penguasaan militer Jepang.
Di sekitar kawasan Kawah Putih terdapat beberapa makam leluhur, antara lain makam Eyang Jaga Satru, Eyang Rongga Sadena, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyankomg Bas, dan Eyang Jambrong.
Salah satu puncak Gunung Patuha yakni Puncak Kapuk, konon merupakan tempat pertemuan para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Konon, di tempat ini terkadang secara gaib terlihat sekumpulan domba berbulu putih yang oleh masyarakat disebut domba lukutan.

pangandaran

Sejarah Pangandaran
Oleh Adi SumaryadiSenin, 29 Maret 2010 09:05 WIB
Sejarah Pangandaran
 
Pada awalnya Desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari suku sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan. Karena di Pantai Pangandaran inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi cagar alam atau hutan lindung, tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Di sinilah para nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu yang dalam bahasa sundanya disebut andar setelah beberapa lama banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. Pangandaran berasal dari dua buah kata pangan dan daran . yang artinya pangan adalah makanan dan daran adalah pendatang. Jadi Pangandaran artinya sumber makanan para pendatang.
Lalu para sesepuh terdahulu memberi nama Desa Pananjung, karena menurut para sesepuh terdahulu di samping daerah itu terdapat tanjung di daerah inipun banyak sekali terdapat keramat-keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam bahasa sunda Pangnanjung-nanjungna ( paling subur atau paling makmur)
Pada mulanya Pananjung merupakan salah satu pusat kerajaan, sejaman dengan kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggan sekitar abad XIV M.  setelah munculnya kerajaan Pajajaran di Pakuan Bogor.  Nama rajanya adalah Prabu Anggalarang yang salah satu versi mengatakan bahwa beliau masih keturunan Prabu Haur Kuning, raja pertama kerajaan Galuh Pagauban, namun sayangnya kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para Bajo (Bajak Laut) karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hail bumi kepada mereka, karena pada saat itu situasi rakyat sedang dalam keadaan paceklik (gagal panen).
Pada tahun 1922 pada jaman penjajahan Belanda oleh Y. Everen (Presiden Priangan) Pananjung dijadikan taman baru, pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa.
Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis – jenis tanaman langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 Ha.  Pada tahun 1961 setelah ditemukannya Bunga Raflesia padma status berubah menjadi cagar alam.
Dengan meningkatnya hubungan masyarakat akan tempat rekreasi maka pada tahun 1978 sebagian kawasan tersebut seluas 37, 70 Ha dijadikan Taman Wisata.  Pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitarnya sebagai cagar alam laut (470,0 Ha) sehingga luas kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000,0 Ha.  Perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104?KPTS-II?1993 pengusahaan wisata TWA Pananjung Pangandaran diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam kepada Perum Perhutani dalam pengawasan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Ciamis, bagian Kemangkuan Hutan Pangandaran.

candi borobudur

Borobudur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Borobudur
Stupa Borobudur.jpg
Arca Buddha dan stupa Borobudur
Borobudur terletak di Indonesia
{{{alt}}}
Lokasi dalam Indonesia
Informasi Bangunan
Lokasi dekat Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Negara Indonesia
Koordinat 7.608°LS 110.204°BTKoordinat: 7.608°LS 110.204°BT
Arsitek Gunadharma
Klien Syailendra
Awal Konstruksi sekitar 770 Masehi
Penyelesaian sekitar 825 Masehi
Sistem struktural piramida berundak dari susunan blok batu andesit yang saling mengunci
Jenis stupa and candi
Ukuran luas dasar 123×123 meter, tinggi kini 35 meter, tinggi asli 42 meter (termasuk chattra)
Candi Borobudur*
Situs Warisan Dunia UNESCO

Candi Borobudur 3.jpg
Negara Peserta  Indonesia
Tipe Budaya
Kriteria i, ii, vi
Referensi 592
Wilayah Asia Pasifik
Sejarah prasasti
Prasasti resmi 1991  (sesi ke-15)
* Nama resmi dalam Daftar Warisan Dunia.
Menurut klasifikasi resmi UNESCO.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[2] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[3] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[4]
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[5][6][7]

Daftar isi

 [sembunyikan

sejarah curug panganten







Berwisata ke Bandung, kota yang cu kup terkenal dengan obyek wisata alam Gunung Tangkuban Perahu, terasa kurang lengkap sebelum menikmati kesegaran dan kehijauan pemandangan alam obyek wisata Air Terjun Curug Cimahi. Curug Cimahi berasal dari kata curug (bahasa Sunda) yang berarti air terjun. Sedangkan kata Cimahi berasal dari nama sungai yang mengalir di atasnya, yaitu Sungai Cimahi yang berhulua di Situ (danau) Lembang.Obyek wisata ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1978, dengan menempati area seluas 2 hektar dan merupakan obyek wisata air terjun tertinggi di antara air terjun lainnya di Bandung, dengan ketinggian sekitar 85 meter. Menurut cerita yang berkembang dalam masyarakat setempat, menadahkan badan di bawah siraman air terjun ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, terapi kesehatan, dan pembangkit aura. Sebab, air terjun tersebut memancarkan aura positif yang akan membantu meningkatkan energi tubuh dan memacu proses kesembuhan.Dalam jarak belasan meter, pengunjung sudah dapat merasakan kesejukan air terjun dan melihat jernihnya aliran air terjun. Dengan kondisi air yang seperti itu, wisatawan dapat mandi, beredam, atau bermain-main pada air terjun tersebut sambil melihat cipratan air yang mirip dengan butiran mutiara. Pada waktu tertentu, wisatawan juga dapat melihat pelangi yang tampak indah di lokasi ini.ntuk menuju lokasi air terjun, pengunjung harus menuruni jalan setapak berundak-undak sebanyak 520 undakan yang terbuat dari batu kali. Di sebelah kiri jalan merupakan dinding bukit yang berupa tanah. Sedangkan di bagian kanan jalan terdapat pagar pengaman yang terbuat dari kayu sebagai pelindung dari jurang yang berada di bawahnya. Selama menyusuri jalan berundak itu, pengunjung akan melihat  pemandangan alam yang indah di sekitar lokasi air terjun, satwa-satwa liar seperti burung yang bertengger di ranting-ranting pohon, dan monyet yang saling berkejaran dari satu ranting ke ranting pohon yang lain. Untuk mendibutuhkan waktu sekitar 20—30 menit dari pintu masuk.Obyek wisata Air Terjun Curug Cimahi terletak di Jalan Kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat, Indonesia.Wisatawan yang ingin berkunjung ke obyek wisata Curug Cimahi, dapat menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Jika wisatawan menggunakan kendaraan pribadi (mobil) dari pusat Kota Bandung, perjalanan dapat menyusuri jalur Ciheudeung menuju Cisarua dengan waktu sekitar 1 jam perjalanan.Di sekitar area air terjun Curug Cimahi terdapat para pedagang yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Terdapat juga para pedagang mainan anak, topi, dan cenderamata. Fasilitas lain yang terdapat di area wisata ini ialah mushala, parkir luas, shelter (tempat bersantai), pagar pengaman, pusat informasi, dan peta lokasi obyek wisata.

Labels: denis

curug malela

Curug Malela Kabupaten Bandung Barat

Bro n sist…
Kali ini saya akan menyajikan coretan perjalanan saya mengunjungi “Curug Malela” di penghujung bulan sya’ban kemarin. Sudah sekian lama panorama Curug Malela terngiang-ngiang dalam pikiran saya semenjak teman-teman Prides Chapter Bandung menuliskan Riding Report ke Curug ini.
Curug Malela terletak di desa Cicadas kecamatan Rongga kabupaten Bandung Barat. Ada beberapa rute jalan menuju lokasi ini dari Jakarta, diantaranya :
1. JakartaPurwakartaPadalarangCililinGunung HaluCicadas.
2. JakartaCianjurCibeberCicadas.
3. JakartaCianjurRajamandalaSagulingCicadas.
Rute yang saya tempuh adalah rute 1 yaitu: JakartaPurwakartaPadalarangCililinGunung HaluCicadas.

Rute menuju Curug Malela
Untuk melihat dengan google map, klik disini..
Kondisi jalan dari Padalarang sampai Gunung Halu kemudian Cicadas merupakan jalanan aspal dengan kondisi cukup baik, hanya terdapat beberapa kerusakan jalan yang wajar. Sedangkan jalan dari Cicadas menuju gerbang masuk Curug Malela merupakan jalanan batu dan tanah yang menantang dengan pemandangan kebun teh dan perbukitan hijau yang menyegarkan.